Saturday, June 19, 2010

Saat Putus Cinta, Pria Lebih Merana


Jangan harap melihat si dia memperlihatkan wajah murung seperti ini, tapi sebenarnya ia sangat sedih.


Pria juga manusia; karena itu mereka pun bisa menangis saat putus cinta. Tetapi siapa mengira, putus cinta ternyata lebih "memukul" pria daripada wanita?

Anda mungkin tidak percaya (karena si dia tampaknya terlihat cuek setelah putus hubungan dengan Anda), tetapi fakta tersebut merupakan hasil penelitian dari Wake Forest University di North Carolina. Dalam penelitian yang melibatkan 1.000 orang dewasa (tidak menikah) berusia 18-23 tahun, terlihat bahwa hubungan yang tidak bahagia lebih mempengaruhi pria daripada wanita. Hanya saja, pria mengekspresikan kesedihannya dengan cara yang berbeda.

"Perempuan mengekspresikan kesedihannya dengan depresi, sementaranya pria mengekspresikannya dengan masalah-masalah substansi," ujar Simon.

Robin Simon, profesor bidang sosiologi dari universitas tersebut, juga mendapati bahwa pria mendapat keuntungan emosional yang lebih besar dari aspek-aspek positif hubungan cinta yang sedang berlangsung. Kurang lebih begini penjelasannya: bagi pria muda, pasangan mereka sering menjadi sumber utama curahan kasih sayang. Berbeda dengan perempuan, yang cenderung punya kedekatan dengan keluarga dan teman-temannya.

Ketegangan dalam suatu hubungan sendiri sering dihubungkan dengan kesehatan emosional yang rendah, karena hal itu mengancam identitas dan penghargaan diri pria.

Kemudian, jika pria secara emosional lebih dipengaruhi oleh kualitas hubungannya saat ini, perempuan lebih dipengaruhi oleh kenyataan apakah mereka memiliki hubungan cinta atau tidak. Tidak heran, perempuan lebih cenderung mengalami depresi ketika hubungan itu berakhir, dan sebaliknya mendapat manfaat lebih hanya dengan berada dalam suatu relationship.

Survei ini awalnya dilakukan untuk studi jangka panjang mengenai kesehatan mental dan transisi ke kedewasaan. Karena itu menurut Simon, masih banyak yang perlu dipelajari mengenai hubungan antara pria dan wanita pada usia dewasa muda. Studi ini sendiri dipublikasikan di
Journal of Health and Social Behavior edisi Juni.

No comments: