Ini episode yang tak mungkin terdeteksi para astronom amatir.
Sebuah momen spektakuler, terbentuknya sebuah bintang baru tertangkap teleskop Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) yang sedang digunakan ilmuwan dari Universitas Harvard dan Yale.
Para astronom dari American Ivy League--asosiasi delapan universitas elit AS--menemukan bintang termuda ini di wilayah pembentukan bintang, Persus, sekitar 800 tahun cahaya atau 4.700 triliun mil dari Galaksi Bima Sakti.
Meski ukurannya kecil, para ilmuwan yakin mereka menangkap citra bintang--yang disebut L1448-IRS2E--saat lahir. Ini adalah episode kelahiran bintang yang tak mungkin terdeteksi para astronom amatir, apalagi dengan mata telanjang.
Ukuran bintang itu lah yang membuat para ilmuwan yakin bahwa bintang itu sedang dalam masa pembentukan awal. Apalagi, juga terlihat formasi debu raksasa di sekelilingnya.
Dalam tulisannya di jurnal astrofisika, tim peneliti menyatakan bintang itu belum terbentuk sempurna. "Baru menarik diri dari selubung gas dan debu. Dan kami hanya bisa mendeteksi cahaya redup yang dipancarkan dari dalam kepulan debu," tulis para peneliti, seperti yang dimuat laman Telegraph.
Para ilmuwan mengaku sulit mendeteksi obyek dalam fase pembentukan bintang. Sebab, "mereka sangat kecil dan mengeluarkan hanya sedikit cahaya," kata ketua peneliti dari Yale, Xuepeng Chen.
Hector Arce, asisten profesor astronomi di Yale, menambahkan, definisi bintang ditentukan oleh masa yang membentuknya. "Saat ini, kami masih belum mengetahui tahapan pembentukan bintang yang sedang terjadi," kata dia.
Para ahli percaya bintang-bintang terbentuk dari gas dan debu atau awan molekul raksasa yang dingin, dan padat; yang berada di seluruh galaksi.
Para ilmuwan Yale percaya bintang terbaru ini ada di antara dua fase pembentukan.
Fase pertama disebut fase prestellar, ketika wilayah awan molekul padat mulai menggumpal. Sementara, fase kedua yang disebut protobintang terjadi ketika gravitasi menarik material untuk membentuk inti padat, di mana pusat bintang yang panas mulai keluar dari kepulan debu dan gas.
Kebanyakan protostars antara satu sampai 10 kali lebih bercahaya daripada matahari dengan selubung debu yang memancarkan gelombang infra merah.
Namun, bintang muda yang ditangkap teleskop itu terlalu redup untuk dianggap sebagai protobintang.
Peneliti berharap mereka bisa menggunakan teleskop Herschel yang baru diluncurkan Mei lalu, untuk dapat melihat perkembangan si bintang baru yang kelahirannya telah mereka saksikan itu.
• VIVAnews
No comments:
Post a Comment