Jatuh cinta pada pria bertubuh gemuk, ternyata menyimpan sejumlah keuntungan. Menurut studi yang dilakukan penelitian market, Forsa di Jerman, pria bertubuh gemuk tergolong lebih setia dibandingan pria bertubuh kurus.
Studi ini dilakukan pada 1000 pria Jerman berusia 31 - 69 tahun. Tiap responden ditanyakan soal ketertarikan seksual mereka. Hasilnya, pada responden pria yang memiliki berat badan ideal, sebanyak 23 persen mengaku pernah beberapa kali berselingkuh, dan kerap tak kuat menghadapi godaan selingkuh.
Sedangkan, bagi pria yang memiliki berat badan di atas ideal, sebanyak 19 persen mengaku akan mempertimbangkan ketika ada peluang berselingkuh. Sementara itu, pria yang tergolong memiliki berat badan berlebih, hanya 11 persen yang berniat menduakan pasangan mereka.
Peneliti menyimpulkan, pria gemuk ketika sudah jatuh cinta lebih memilih hubungan berkomitmen dibandingkan mencari peluang untuk berselingkuh.
Selain itu, perut berotot yang dimiliki pria atau sering disebut dengan istilah 'six pack', ternyata tidak menjadi hal utama untuk menarik perhatian wanita. Tim peneliti dari University of Queensland, Australia, menyimpulkan hal tersebut dari tanggapan pemirsa terhadap iklan yang menunjukkan tubuh pria.
Tanggapan pemirsa pada tubuh pria berotot sama saja dengan ketika iklan menunjukkan tubuh pria yang memiliki ukuran rata-rata. Para responden yang terlibat penelitian, memberikan peringkat sama pada pria yang bertubuh sedikit berisi, ramping dan berotot.
Phillippa Diedrichs, salah seorang peneliti mengungkap kampanye iklan tidak perlu terlalu menekankan pada otot yang kuat dan perut kencang. Hasil penelitian dapat menjadi bahan perdebatan presentasi media pada bentuk tubuh realistis, yang sampai sekarang hampir secara khusus fokus pada model wanita kurus dan memicu gangguan makan di kalangan wanita muda.
Diedrichs menunjukkan contoh iklan jins, perawatan kulit, dan pewangi tubuh yang menggunakan model pria berotot dan yang menggunakan model pria berukuran rata-rata pada lebih dari 600 anak remaja.
Hasilnya memang para remaja bereaksi positif pada iklan yang menggunakan pria berotot. Tetapi, faktanya iklan yang hanya menonjolkan produk lebih efektif daripada yang dibawakan model.
"Beberapa responden berpikiran model berotot menunjukkan arogansi atau homoseksualitas. Karakteristik tersebut bagi mereka mungkin tidak menyenangkan," kata Diedrichs, seperti dikutip dari Times Of India.
Hasil penelitian Diedrichs pada 2008 ini menjadikan model bertubuh berisi atau agak gemuk sama efektifnya dengan model langsing. Dan, mematahkan prinsip industri yang menganggap model berisi 'tidak menjual'.
No comments:
Post a Comment