Monday, July 9, 2012

Bebas Stres Lewat Terapi Hormon Cinta


Kesedihan, ketakutan, kebosanan, atau kebahagiaan yang kita rasakan sangat terkait sistem hormonal. Itulah mengapa berkembang metode perbaikan kondisi emosional melalui terapi hormon cinta.

“Tidak peduli seberapa canggih kita, perilaku manusia tidak bebas dari tindakan hormon,” kata Dr James Pfaus dari Pusat Studi Perilaku Neurobiologi di Concordia University, dilansir dari Independent.

Terapi hormon cinta akan menumbuhkan perasaan cinta dan bahagia. Hormon cinta berhubungan dengan neuron atau serabut saraf yang membuat kita mampu tersenyum, tertawa, dan bersikap hangat.

“Pada beberapa rumah sakit di Amerika dan Eropa, hormon ini dipakai untuk membantu terapi perkawinan, dan pasien ketergantungan obat maupun skizofrenia,” ujar Dr Debby Vinsky, pakar kecantikan anti-aging.

Berdasar hasil penelitian Cushing dan Carter dari University of Maryland, Amerika Serikat, hormon ini juga berperan kuat meningkatkan seksualitas wanita dan pria.

Dalam terapi perkawinan, hormon ini berperan memunculkan kembali perasaan cinta yang mungkin terkikis. Membuat masing-masing pasangan menjadi lebih sensitif terhadap nilai baik. Bahkan, meningkatkan kerja testosteron yang tentu meningkatkan kualitas hubungan.

Selain meningkatkan kemampuan sosialisasi dan interaksi, terapi hormon cinta juga banyak dilirik untuk mengatasi masalah kesehatan seperti: memperbaiki fungsi seksual, meningkatkan libido, memperbaiki fungsi jantung dan pembuluh darah, serta menstabilkan tekanan darah bagi penderita darah tinggi.

Menurut Dr Vinsky, terapi hormon oksitosin ini bisa dilakukan setelah pemeriksaan darah. Melalui suntikan atau sprai dengan dosis sesuai kondisi pasien. Suntikan bisa dilakukan di tangan, paha, atau perut. Satu dua kali suntikan sudah terasa hasilnya, asal dibarengi penerapan gaya hidup sehat.

“Secara umum, terapi ini hanya membutuhkan waktu beberapa menit dan hasilnya bisa langsung dirasakan dalam beberapa jam. Namun, hasil maksimal berbeda pada setiap orang, tergantung kondisi klien,” kata Dr Debby.

No comments: